Menurut ajaran agama saya. Silaturahmi itu bagus. Karena bisa mendatangkan rezeki serta memperpanjang umur dan menambah ilmu.
Ada dua silaturahmi yang saya lakukan hari ini. Pertama silaturahmi dadakan. Kedua silaturahmi yang sudah dijadwalkan.
Namanya dadakan pasti tanpa di sengaja. Itupun di warung kopi dekat kantor saat jam istirahat.
Tanpa sengaja saya bertemu dengan kawan jurnalis televisi milik pemerintah. Karena biasanya saya suka memberikan informasi tentang kegiatan kantor. Makanya hubungannya jadi cair. Tanpa sekat.
Biasa sih. Ngobrol ngalor ngidul tanpa juntrungan. Sampai akhirnya menagih janji kapan diajak meliput untuk materi feature di televisinya.
Sebelumnya sih memang sudah janji mau ajak ngeliput salah satu program kantor yang sudah berjalan. Kantor memang punya program kontinyu tentang pemberdayaan ekonomi untuk mantan pekerja migran yang mau dan sedang berwirausaha.
Maksudnya program ini biar mantan pekerja migran setelah pulang dari luar negeri bisa berwirausaha sesuai dengan minatnya. Dan tidak kembali menjadi pekerja di luar negeri maupun dalam negeri.
Kalau ditanya apakah mantan pekerja migran itu sukses ketika berwirausaha di kampung halamannya. Saya sendiri tidak bisa menjamin semua binaan kantor bisa sukses. Karena namanya orang yang berwirausaha harus mempunyai mental yang tangguh. Dan ini yang sebenarnya rada sulit menurut saya.
Merubah mindset dari pekerja menjadi wirausaha itu susah. Hanya orang yang punya mental baja dan gigih yang bisa.
Saya sendiri pernah mengalami gagal dalam berwirausaha. Itu manusiawi menurut saya. Karena tidak semua orang mempunyai jiwa entrepreneurship. Toh, pada dasarnya manusia sudah di takdirkan menuliskan jalan hidupnya sendiri.
Bagi saya yang penting adalah mencoba. Kalau tidak mencoba, kita tidak tahu batas kemampuan diri sendiri.
Duh. Kok jadi ceritanya jadi melebar kemana-mana ya.
Lanjut ke silaturahmi dadakan di warung kopi. Karena memang saya senangnya bersilaturahmi dengan orang lain. Maka silaturahmi dadakan dengan satu wartawan televisi berlanjut dengan wartawan online lokal Pontianak. Itupun tidak sengaja.
Kenapa tidak disengaja?. Tetiba lawan bicara saya kedatangan tamu. Namanya jurnalis pasti lingkungan pergaulannya banyak dari kalangan jurnalis juga.
Langsung saja saya berkenalan karena baru pertama kali jumpa. Tak lupa saling bertukar nomor telepon. Biar gampang bertukar informasi. Alasan saya.
Walaupun silaturahmi dadakannya hanya sekitar satu jam tiga puluh menit tapi banyak hal yang dibicarakan.
Dari urusan isu terkini di Pontianak yang lagi jadi topik liputan media hingga urusan anak 😁😁😁.
Sorenya silaturahmi kedua. Silaturahmi yang sudah dijadwalkan. Karena ada tamu dari calon mantan ibukota Indonesia, Jakarta. Yang memang teman satu kantor 😁.
Karena silaturahmi session kedua ini dengan teman yang datang dari jauh. Maka sudah sepatutnya, saya melayani seperti yang diajarkan agama saya serta adat timur yang saya anut.
Saya rasa kalau kita kedatangan tamu pasti sudah sepantasnya kita melayani seperti saudara sendiri. Tanpa perlu memandang derajatnya. 😊
Kalau gitu itu saja dulu. Namanya juga catatan [tidak] penting menjelang tidur. Suka nggak suka harus kalian baca (bagi yang tersesat kesini).
Ditulis menjelang tidur pada jam 22.13 WIB 😴😴😴
Foto diatas hanya sekedar ilustrasi silaturahmi. Aslinya foto tersebut diambil saat penulis menunggu bis antar negara di terminal bis kuching central, Sarawak, Malaysia beberapa tahun lalu.
1 thought on “Silaturahmi Dadakan”