Dekade 90-an, Anton Suseno dan Rossi Pratiwi Dipoyanti Syechbubakar menghiasi media massa Indonesia sebagai atlet nasional Tenis Meja.
Saya mengetahui kedua legenda tenis meja dari layar televis, koran Kompas, dan tabloid Bola yang sekarang sudah almarhum.
Anton Suseno seingat saya pernah bermain di benua Eropa, tepatnya di Swedia. Kalau Rossy, hanya bermain di Indonesia. Walaupun begitu, saat itu tenis meja tidak kalah menarik dibanding dengan sepak bola, bulu tangkis, dan bola basket. Itu dulu.
Era 90-an dunia olahraga begitu gemerlap. Semua bisa disaksikan melalui layar televisi secara gratis.
Dua nama diatas begitu membekas ingatan. Ditengah hiruk pikuk sepak bola dengan Liga Italia dan Liga Indonesia, bola basket dengan NBA-nya Michael Jordan dan Kobatama, serta bulu tangkis dengan segudang prestasinya penghuni Cipayung.
Tenis meja menjadi olahraga rakyat disamping yang lainnya.
Sependek ingatan saya, di lingkungan kami. Banyak warga yang bermain tenis meja diwaktu senggang. Hanya meja pingpong, bet, bola, dan net yang dibeli toko olahraga. Tidak perlu tempat khusus. Asal ada lahan memadai meja pingpong akan digelar. Yang penting keringat mengucur dan meregangkan otak setelah beraktifitas.
Bahkan tenis meja menjadi perlombaan antar RT saat acara tujuh belasan.
Bermain Kembali
Keinginan bermain tenis meja di Pontianak kembali tumbuh. Periode 2013, bersama kawan sekantor membeli seperangkat tenis meja. Memanfaatkan halaman kantor kala sore hari.
Lama sudah meja itu teronggok di pojokan kantor. Tak terawat dan berdebu. Catnya pudar termakan waktu dan ditempa cuaca.
Tahun ini, kami memutuskan membeli meja yang baru. Menggantikan meja lama yang sudah waktunya pensiun.
Meja baru tentu mengundang gairah baru. Semangat bermain kembali menyala. Tak perlu skill seperti Ma Long atlet andalan Tiongkok ataupun Timo Boll pemain hebat dari Jerman. Bisa servis dan mengembalikan bola ke bidang lawan sudah cukup.
Meja baru juga memicu persaingan sehat antar bagian saat turnamen dadakan. Soal hadiah, itu urusan terakhir. Bisa mengolok lawan saat mengalahkan, hal utama.
Seperti anak kecil yang bermain dengan kawannya. Olokan saat kalah disambut tawa. Mentertawakan lucunya hidup ini.
postingan ini merupakan sister post dan bagian dari one day one post.
Featured image by Sascha Düser from Pexels