Salah satu penjual martabak di Pontianak yang saya temui adalah Edo. Pemuda kelahiran 19 tahun yang lalu. Edo biasa berjualan di Jalan Perdana, Pontianak. Tepatnya berada di seberang hotel Metro Perdana Inn.
Sudah Satu tahun empat bulan dirinya menjajakan martabak di Pontianak. Tak sengaja. Selepas lulus SMK di Tegal, kampung halamannya. Ia merantau ke Pontianak untuk melanjutkan pendidikan Bahasa Inggris.
Sambil menunggu pembukaan pendaftaran kuliah di kampus negeri, pemuda yang bercita-cita menjadi guru mengikuti jejak abangnya berjualan martabak di Pontianak.
Abangnya yang selama ini menampungnya sekaligus bos dari dirinya, menggajinya Rp 1.200.000 perbulan. Kecil atau besar tergantung rasa syukur kita, ungkapnya ketika kutanyakan soal pendapatannya.
Pemuda lulusan SMK Otomotif di kota bahari, tak mempermasalahkan besarnya gaji yang diberikan abangnya. Mempunyai penghasilan sendiri dan tak membebani kakak kandung yang mengurusnya selama di Pontianak, motifnya menjalani hidup sebagai pedagang martabak layaknya perantau asal Tegal lainnya. Toh, selama ini. Tempat tinggal dan makan sudah ditanggung.
Setahun lebih merantau ke Pontianak. Lelaki bernama lengkap Edo Virgianto merasakan iklim usaha yang nyaman. Apalagi masyarakat Pontianak yang cenderung konsumtif.
Saya mengira nama Virgianto karena bapaknya mengidolakan musisi legendaris Indonesia Virgiawan Listanto. Masyarakat umum lebih mengenal dengan nama Iwan Fals. Dugaan saya melesat 🤭 . Bapaknya lebih menyukai Raja Dangdut Rhoma Irama.
Lirik lagu Perjuangan dan Doa yang dinyanyikan Rhoma Irama mendorong Edo untuk terus berjuang mengejar mimpinya. Tak menjadi Guru, tak mengapa. Menjadi pengusaha Martabak seperti masyarakat Tegal1 lainnya.
Catatan :
Selain terkenal sebagai pengusahan Warung Nasi Tegal (Warteg). Masyarakat Tegal, terutama dari Kecamatan Lebak Siu, merantau ke berbagai daerah di Nusantara sebagai penjual Martabak.