Sore ini, listrik di komplek saya tinggal padam. Masalahnya sepele tapi terus berulang. Layang-layang penyebabnya.
Di sekitar komplek saya tinggal, masih banyak tanah kosong. Ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk bermain layang-layang setiap sorenya.
Warga komplek sudah menegur mereka untuk tidak bermain di dekat komplek kami. Tapi mereka sepertinya tidak mengindahkannya. Hari ini diberitahu pasti menurut. Besoknya mereka pasti lupa dengan teguran itu.
Saking kesalnya. Bila sore hari dan mereka berkumpul untuk menonton dan mengejar layangan putus, terpaksa kami menutup pintu portal komplek. Tapi apa daya. Semakin mereka dilarang maka akan semakin melanggar.
Saya pribadi tidak suka permainan ini. Saat teman-teman kecil saya asyik bermain layangan. Saya menghindar dengan mencari permainan lain. Alasannya, banyak genteng dan antena teve tetangga yang rusak akibat benang layangan.
Dan kalau sudah ada genteng dan antena teve yang rusak. Para pemain layangan biasanya menjadi sasaran kemarahan. Itu yang saya hindari. Malu rasanya dimarahi di depan umum dan teman sepermainan.
Satu hal yang pasti. Permainan ini banyak ruginya bila dimainkan di dekat rumah warga dan menggunakan benang gelasan.
Meninggal Dunia Karena Layang-layang
Dulu saat tinggal di daerah Kota Baru ujung. Tetangga satu komplek di Alea Indah, pernah merasakan kegetiran akibat permainan ini. Anaknya yang berusia tiga tahun meninggal dunia karena lehernya terkena sayatan benang layang-layang di sore hari.
Seingat saya kejadian itu terjadi tahun 2014. Kejadian ini sempat membuat heboh kota kami.
Sudah berapa banyak korban jiwa akibat permainan ini. Sila anda cari di google dengan kata kunci “meninggal karena layang-layang”. Pasti akan ada cerita pilu di tiap kota akibat permainan ini.
Bahkan kota Pontianak sudah menerapkan Perda berupa sangsi bagi penjual dan pemain layangan. Namun, masih saja ada orang yang memainkannya dengan benang gelasan serta dekat pemukiman warga.
Ditulis saat malam hari menjelang tidur.
Foto berasal dari pexels.