Ada masa ketika bekerja di luar negeri adalah tentang nekat. Tiket promo di tangan, paspor baru dicetak seminggu sebelumnya, dan doa ibu yang dibisikkan dengan khawatir di terminal bus. Tidak ada pelatihan. Tidak ada panduannya. Nggak ada pusat informasi yang siap menjawab “harus mulai dari mana”.
Hari itu, sejarah kecil sedang ditulis di jantung Kota Semarang, di kampus yang berdiri anggun di atas tanah perbukitan: Universitas Diponegoro . Undip Migrant Center diluncurkan. Bukan sekadar peresmian institusi baru, tapi sebuah pernyataan. Negara kini hadir bukan cuma saat keberangkatan, tapi dari awal langkah di kampus.
Gue ada di sana, 26 Juni 2025, nyimak wajah-wajah mahasiswa yang penuh rasa ingin tahu. Aula Prof. Soedarto Undip padat. Suara sambutan bersahutan. Tapi yang paling keras terdengar justru harapan: “Mungkin, saya juga bisa ke Jepang”.
Dan sekarang, mimpi itu punya alamat. Undip Migrant Center.
Undip Migrant Center sebagai Titik Awal Perubahan
Apa sih sebenarnya Migrant Center? Apakah ini sekadar bangunan baru dari proyek pemerintah yang ujung-ujungnya sepi? Nope. Ini bukan sekadar gedung. Ini adalah ide besar. Gagasan kolaboratif antara Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan Universitas Diponegoro, dua institusi beda jalur tapi satu tujuan: membuka jalan bagi anak muda Indonesia menuju dunia kerja global.
Gue menyebutnya “peta dan kompas digital” buat yang mau kerja di luar negeri. Karena selama ini, banyak banget yang berangkat karena ngikut teman atau ketipu iklan Facebook yang ternyata calo. 😩
Nah, ini adalah peran Migrant Center. Ngasih arah dan bukan sekadar harapan. Masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri dapat memperoleh informasi peluang kerja, pelatihan bahasa, sertifikasi kompetensi hingga jalur rekrutmen resmi.
Mengapa Undip? Mengapa Sekarang?

Menurut data BPS Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan perguruan tinggi masih 5,83%. Artinya, satu dari dua puluh sarjana masih belum punya kerjaan.
Sementara itu, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan bahkan Malaysia lagi teriak-teriak cari tenaga kerja.
- Jepang diperkirakan bakal kehilangan 11 juta pekerja di tahun 2040. Menurut CNBC, 29,3% penduduk Jepang sudah berusia 65 tahun ke atas, menjadikannya negara dengan populasi tertua di dunia.
- Korea Selatan menghadapi tantangan demografi yang bahkan lebih mengkhawatirkan. Laporan dari Kompas mencatat bahwa tingkat kesuburan Korea anjlok ke 0,72 pada 2023, angka terendah di dunia. Bila tren ini terus berlanjut, negeri ginseng bisa kehabisan angkatan kerja dalam waktu 20–30 tahun ke depan.
- Di sisi lain, Malaysia juga sedang krisis tenaga kerja, khususnya di sektor kesehatan dan teknis. Pemerintah mengakui perlunya mendatangkan tenaga asing untuk menutupi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Ini bukan krisis. Ini peluang. Tapi peluang nggak akan ada artinya kalau kita nggak siap. Di sinilah Undip Migrant Center main peran penting: mempersiapkan calon pekerja migran dengan pelatihan bahasa, pemahaman budaya, sertifikasi kompetensi, dan pembekalan soft skill.
Apa Aja Sih Layanan di Migrant Center?
Biar nggak dikira cuma tempat nanya-nanya brosur doang. Penting banget buat tahu apa aja layanan yang ditawarkan oleh Migrant Center, termasuk yang ada di Undip Migrant Center.
- Informasi Peluang Kerja Luar Negeri
Undip Migrant Center jadi sumber resmi buat lo yang lagi nyari tahu negara mana aja yang butuh tenaga kerja, bidang apa aja yang dibuka, serta syarat-syaratnya. Gak perlu lagi stalking akun Facebook lowongan kerja abal-abal. Semua info di sini valid, update, dan dijamin legal.
- Pelatihan Keterampilan dan Bahasa
Sebelum berangkat kerja ke luar negeri, elo wajib siap secara teknis. Di sinilah Migrant Center bantu lo lewat pelatihan keterampilan kerja (caregiving, konstruksi, hospitality) dan bahasa asing (Jepang, Korea, Jerman, dll).
- Sertifikasi Kompetensi
Setelah pelatihan, lo bisa ikut uji kompetensi untuk dapet sertifikat resmi. Ini jadi bekal penting buat ningkatin daya saing lo di pasar kerja luar negeri.
- Job Matching dan Penempatan
Terakhir dan yang paling ditunggu: lo akan dibantu untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan skill dan minat lo. Prosesnya legal, transparan, dan bebas calo. Semua dilakukan lewat skema resmi KP2MI.
Dari Preventif Sampai Produktif: Lawan Perdagangan Orang dari Kampus
Data KP2MI menyebutkan sebagian besar korban perdagangan orang justru berangkat dari jalur tak resmi. Mereka tidak ngerti dokumen apa aja yang perlu, siapa yang harus dihubungi, dan ujung-ujungnya berpura-pura janji palsu “gaji 20 juta per bulan tanpa pengalaman kerja”.
Maka, Undip Migrant Center hadir juga sebagai benteng. Bukan cuma pelindung paspor, tapi pelindung masa depan.
Gue percaya satu hal. Kalau negara hadir dari awal, calo bakal kehilangan panggung. Dan langkah awal itu dimulai dari kampus, dari kelas-kelas, dari seminar, dan dari obrolan di kantin yang sekarang sudah mulai sering pakai kata “G-to-G”, “siskop2mi”, dan “visa kerja”.
Gen Z Butuh Konten, Bukan Brosur
Ada satu bagian dari peluncuran Migrant Center yang sempat bikin bisik-bisik: hadirnya Fiki Naki. Yup, si YouTuber yang pernah viral ngobrol pakai bahasa asing di OmeTV itu.
“Emangnya pekerja migran perlu seleb TikTok?” tanya seorang sambil cengengesan yang nggak gue kenal.
Tapi, lo tau nggak? Justru ini bukti bahwa KP2MI ngerti medan. Anak-anak muda butuh influencer, bukan influencer kebijakan. 😆
Dengan pendekatan yang relevan, Migrant Center menjembatani dua dunia, dunia serius pemerintah dan dunia gaul mahasiswa. Ngomong soal migrasi kerja pun sekarang bisa disampaikan lewat konten kreatif, bukan hanya modul pelatihan yang tebalnya bikin ngantuk.
Undip: Rumah Pertama, Bukan yang Terakhir
Undip Migrant Center memang pertama di luar Pulau Jawa. Tapi, percayalah, ini baru permulaan.
Roadmap KP2MI mencanangkan pembentukan Migrant Center di lebih dari 20 provinsi sampai tahun 2027. Bayangkan: kampus-kampus dari Makassar sampai Aceh akan jadi pusat migrasi kerja legal dan profesional.
Bukan cuma tempat nanya syarat visa, tapi juga tempat belajar budaya kerja di Jerman, kursus bahasa Korea, dan simulasi wawancara kerja internasional. 😎
Dari Anak Kampus Jadi Duta Bangsa
Dalam budaya Minangkabau, merantau itu kodrat. Tapi zaman berubah. Merantau nggak cukup cuma modal tekad dan doa emak. Lo butuh pelatihan, informasi, dan perlindungan hukum.
Dan semua itu kini bisa mulai diraih dari kampus.
Undip Migrant Center bukan cuma tempat daftar. Ia adalah lompatan mentalitas. Anak-anak muda tak lagi pasrah dengan nasib. Mereka belajar mengambil kendali. Mereka nggak lagi cuma pencari kerja, tapi pembawa nama baik bangsa.
Selamat datang di era baru perantauan. Yang legal, bermartabat, dan penuh peluang.
Kalau lo mahasiswa dan punya mimpi kerja di luar negeri, jangan nungguin keajaiban di Twitter atau TikTok. Datanglah ke Undip Migrant Center. Karena kadang, pintu masa depan itu nggak datang dari pintu belakang. Tapi dari pintu utama yang dibuka negara sendiri. 🚪✨
Kalau elo setuju bahwa kerja di luar negeri itu harus lewat jalur resmi dan penuh persiapan, yuk bantu sebarkan tulisan ini. Karena mungkin di luar sana, ada satu anak muda yang masih nanya ke Google: “Kerja di Jepang lewat mana, ya?”
Dan sekarang, kita bisa jawab dengan pasti:
“Mulai dari Undip Migrant Center.”