Dari Solo ke Panggung Dunia: KP2MI, UNS, dan Mimpi Pahlawan Devisa

Begini ceritanya, Solo itu kota yang menyimpan banyak kisah. Bukan cuma soal batik atau serabi notosuman yang bikin nagih. Dulu, di tanah yang sama ini, ada drama keraton. Sunan Pakubuwono II, mungkin lagi enak-enaknya ngopi, eh, sepupunya, Sunan Kuning, bikin kejutan. Pemberontakan! Tanggal 30 Juni 1742, istana Kartasura dibikin geger. Sang raja terpaksa ngungsi, cari aman di desa yang sekarang kita kenal sebagai Solo. Dari situ, Solo berkembang, jadi kota penting.   

Salah satu yang lahir di Solo dan ikut mewarnai sejarah bangsa ini adalah Sarekat Islam. Awalnya, ini perkumpulan pedagang muslim. Tujuannya sederhana: pengen pedagang pribumi maju. Haji Samanhudi yang mimpin. Lama-lama, organisasi ini berkembang jadi Sarekat Islam, dengan HOS Tjokroaminoto sebagai lokomotif. Semangatnya? Persatuan, mandiri secara ekonomi, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Semangat ini, sampai sekarang, masih relevan. Kayak obor yang apinya nggak pernah padam.

Sekarang, semangat itu menemukan bentuk baru. Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) hadir. Kalau dulu Sarekat Islam berjuang di dalam negeri, KP2MI ini lebih luas lagi. Mereka berjuang buat orang-orang yang cari rezeki di negeri orang, para pahlawan devisa. Tujuannya tetap sama: kesejahteraan. Bedanya, panggungnya aja yang beda.

Dan di Solo, tepatnya di Universitas Sebelas Maret (UNS), ada kabar baik. Tanggal 14 April 2025, KP2MI dan UNS bikin gebrakan. Mereka tanda tangan MoU dan PKS (ini bukan singkatan dari nama partai ya, tapi Perjanjian Kerja Sama). Ini bukan sekadar acara seremonial. Ini langkah konkret buat mewujudkan mimpi para pekerja migran. 

Kerjasamanya ngapain aja? Macem-macem. Mulai dari pendidikan, penelitian, sampai pengabdian masyarakat. UNS mau bantu KP2MI bikin Badan Layanan Umum (BLU) biar pelayanannya makin oke. Mereka juga mau bareng-bareng siapin calon-calon pekerja migran, kasih pelatihan, tingkatkan kompetensi. Biar apa? Biar orang Indonesia nggak cuma jadi buruh kasar di luar negeri. Biar bisa bersaing, dapat kerjaan yang layak, dan pulang bawa rezeki yang berkah.   

Kenapa ini penting? Soalnya, potensi kerja di luar negeri itu gede banget. Data bilang, ada 1,6 juta lebih lowongan yang siap diisi. Tapi, yang keisi baru 39,6%. Kenapa? Salah satunya karena kurang siap. Skill kurang, bahasa pas-pasan. Makanya, KP2MI dan UNS turun tangan. Mereka mau kasih solusi.   

Ini kayak estafet. Dulu, Solo jadi saksi perjuangan Sarekat Islam. Sekarang, dari Solo, semangat itu dibawa lagi lewat KP2MI dan UNS, buat berjuang di panggung yang lebih luas, panggung dunia. Dari pemberontakan keraton sampai pemberdayaan pahlawan devisa, Solo terus jadi bagian penting dari perjalanan bangsa ini.

Salam hangat dari Yogyakarta.

Leave a Reply