Setiap membicarakan mie ayam yang terlintas di pikiran saya adalah Wonogiri. Banyak penjual mie ayam di bumi Nusantara berasal dari Wonogiri. Sebuah kabupaten yang terletak di Tenggara Jawa Tengah.
Mie ayam yang biasa kita santap merupakan varian dari Bakmi. Makanan berbahan terigu yang dibawa oleh masyarakat China Selatan ke Nusantara ratusan tahun lalu.
Membicarakan mie ayam di Pontianak tanpa membicarakan mie ayam Barokah adalah hal mustahil.
Entah sejak kapan warung yang terletak di pinggir jalan Gusti Hamzah (orang lebih mengenal sebagai jalan Pancasila) itu berdiri.
Satu hal yang pasti. 10 tahun lalu ketika sampai di Pontianak, namanya sudah disebut handai taulan ketika saya mengajukan pertanyaan “mie ayam yang enak dimana?”.
Tak salah bila ada media online di Pontianak memasukkan warung mie Barokah bersama Panama sebagai mie ayam legendaris di bumi khatulistiwa.
Kesan Makan Mie Ayam Barokah
Okay, langsung aja. Minggu Sore kemarin saya menyempatkan diri untuk makan bersama istri.
Saya dan istri sepakat memesan mie ayam bakso. Seporsi harganya Rp16 ribu. Murah untuk ukuran kantong saya. Apalagi porsinya besar dan mengenyangkan isi perut.
Tempat makannya cukup lapang. Terbagi dua. Berdempatan satu dengan lainnya. Gerobak mie terletak di depan, menjorok ke jalan Gusti Hamzah. Meja kasir persis di belakang gerobak mie ayam.
Soal rasa, saya sepakat dengan istri kalau mie nya enak. Tapi tidak dengan baksonya. Rasa baksonya biasa saja. Masih lebih enak bakso kemarin. Mungkinkah baksonya tertukar?. Atau kedua legenda ini sama-sama memiliki ciri khasnya masing-masing. Entah.