Siang ini menjelang shalat Jum’at. Tetiba hujan turun. Deras tanpa permisi seperti sebelumnya.
Salah satu kewajiban saya sebagai muslim. Kalau hari Jumat siang. Maka shalat dhuhur menjadi shalat Jum’at. Dan harus di masjid. Sembari mendengarkan ceramah. Hitung-hitung recharge keimanan yang mulai mendangkal.
Biasanya saya shalat Jum’at di dekat kantor. Karena hujan turun menerpa bumi menjelang shalat. Mau tidak mau tempat shalatnya berubah. Dari yang dekat menjadi sedikit jauh.
Sedikit jauh. Kendaraan roda empat menjadi tunggangan. Agar tidak kehujanan alasan rasionalnya.
Kesepakatan empat orang menjadi pegangan. Kami shalat Jum’at di masjid yang berada di Mall AYani. Mall yang menjadi kebanggaan masyarakat Pontianak (saat ini).
“shalat di mall aja, pak” salah kawan kantor mengajak.
“boleh!” ujar saya sembari menghisap sebatang rokok di teras depan kantor. Bergegaslah kami menuju mobil menuju mall.
Selang 10 menit sampailah kami di mall. Masjid di Mall AYani terletak di lantai tiga. Kami parkirkan mobil satu lantai dibawahnya.
Biar tidak kehujanan kalau parkir di lantai tiga. Lantai tiga mall AYani hanya digunakan bioskop dan masjid. Diantara bioskop dan masjid terpampang lahan parkir mobil yang tidak beratap.
Saya lihat masjid sudah penuh. Walaupun hujan belum juga reda. Apakah mereka pun punya niat yang sama dengan kami. Karena hujan maka shalat Jum’at nya di masjid mall.
Barisan belakang sebelah kiri belum digelar karpet. Terkena tampias air hujan. Beberapa petugas cleaning service terlihat berjibaku mengeringkan lantai masjid. Walaupun tubuh mereka basah kuyup tapi tugas tetap dijalankannya. Agar pengunjung mall dan orang seperti kami bisa khusyuk menjalani ibadah.
Shalat Usai, Datang Lapar
Ibadah shalat Jum’at selesai ditunaikan. Pulang ke kantor menjadi tujuan.
Shalat di mall maka pulang harus melalui barisan toko. Lapar mata dan perut menyerang.
Sambil menunggu kawan turun. Diperjalanan menuju parkiran, saya singgah di counter makanan. Sekedar mengisi perut.
Waffle harus ku santap. Cukup murah. Dengan tambahan topping keju. Rp 23 ribu harga yang saya tebus.
Perut sudah terisi setengah. Namun setengah lagi belum terisi. Mau tak mau makanan berat harus saya santap.
Bergegaslah kami ke deretan ruko di jalan Teuku Umar. Masyarakat Pontianak terbiasa menyebutnya Pontianak Mall.
Kami sepakat menyantap bakso malang. Makanan yang berasal dari kota Malang. Entah benar atau tidak. Saya tidak mempermasalahkan.
Dengan beralasan kertas. Kami menyantapnya. Meja makan digantikan kursi plastik. Saya lihat ada empat pelanggan sedang memajuh bakso malang. Segelas es teh manis di siang hari setelah hujan menambah kenikmatan.
Empat mangkok bakso malang dan es teh manis disulih dengan uang Rp 92 ribu. Murah untuk ukuran Pontianak.
Kenyang dan waktu menunjukkan pukul 13.23 WIB. Kami beringsut ke kantor.
Ditulis pada jam 14.21 wib menjelang pulang kantor.
1 thought on “Hujan di Jumat, membuat Hati Tidak Berkarat”