Kenapa Masih Nulis Blog? Karena Istiqamah Itu Berat

Di tengah derasnya media sosial dan algoritma yang makin rakus perhatian, kenapa masih repot-repot nulis blog? Pertanyaan itu kadang muncul dari orang lain. Tapi lebih sering datang dari dalam kepala sendiri.

Ya, saya nulis blog bukan buat nyari viral. Bukan juga demi cuan adsense atau endorsement produk sepatu. Kalau boleh jujur, kadang saya juga bingung sendiri kenapa masih bertahan di dunia tulis-menulis yang nyaris usang ini. Tapi seperti kata pepatah lama yang saya karang sendiri: “Kalau isi kepala tak ditumpahkan, bisa-bisa meledak sendirian.”

Nulis Blog: Dari Iseng Hingga Jadi Rumah Pikiran

Kalau ditarik mundur ke belakang. Sekitar tahun 2006 atau 2007, saya lupa tepatnya. Saya sudah mulai kenalan dengan yang namanya web log. Belum pakai istilah “blog” kala itu. Hanya halaman kosong di internet yang bisa diisi sesuka hati.

nulis blog
Ilustrasi orang nulis blog (gambar diambil dari google)

Blog pertama saya itu, seperti mantan pacar yang manis tapi tidak tahan lama, akhirnya saya tinggalkan begitu saja. Lalu datang blog kedua, ketiga, hingga sekarang blog ketujuh. Ya, ternyata saya sudah dan/atau sedang mengasuh tujuh blog dengan domain dan hosting sendiri.

Belum termasuk blog yang nebeng di blogspot dan wordpress dot com. Yang itu ibarat kontrakan saat bujangan di rantau. Murah, sempit, tapi penuh kenangan.

Yang Almarhum dan Yang Masih Bernapas

Dari tujuh blog, empat sudah almarhum. Tidak saya perpanjang domainnya, hostingnya kadaluarsa, dan isi kontennya tenggelam bersama waktu.

Kenapa bisa mati? Jawabannya sederhana: saya malas.

Semangat menulis biasanya seperti hubungan asmara jarak jauh. Di awal manis dan intens. Tapi lama-lama mulai renggang. Tiba-tiba satu minggu tidak update. Lalu satu bulan. Lalu satu tahun. Dan ketika akhirnya dibuka kembali, saya bahkan lupa password adminnya.

Sekarang tinggal tiga blog yang masih saya kelola. Salah satunya ya yang sedang kamu baca ini. Satunya lagi blog yang saya buatkan untuk istri. Dia ingin menulis soal keluarga dan parenting, katanya. Saya tentu mendukung. Walau akhirnya dia juga ikut-ikutan hiatus.

Antara Menulis dan Menjaga Kewarasan

Blog ini bukan sekadar tempat curhat atau pamer opini. Ia seperti ruang kosong di dalam rumah. Tempat duduk diam, ngopi, dan memikirkan ulang hidup.

Menulis blog seperti membuka jendela. Udara segar masuk. Bau pengap dari dalam keluar. Kadang tidak ada yang baca. Tapi itu tidak apa-apa. Yang penting saya merasa sedikit lebih lega.

Blog ini bukan CV. Bukan portofolio. Bukan etalase jualan. Ia adalah lemari arsip isi kepala. Kadang berisi hal random, kadang kegiatan sehari-hari, dan kadang juga hanya gumaman tentang anak-anak saya yang mulai suka menggambar.

Jadi, Akan Terus Nulis blog?

Jujur, saya tidak tahu. Tidak ada kontrak hidup yang mengharuskan saya terus menulis blog. Bisa jadi bulan depan blog ini tidak saya sentuh sama sekali. Bisa jadi nanti saya semangat lagi dan nulis tiap hari.

Tapi satu hal yang pasti: istiqamah itu berat. Yang gampang itu istirahat.

Tapi saya ingin mencoba. Walau pelan. Walau tak konsisten. Menulis bukan soal disiplin, kadang ia hanya butuh jeda dan keinginan untuk mulai kembali.

Blog ini bukan tentang siapa yang membaca, tapi tentang saya yang tidak ingin lupa siapa diri saya. Di tengah dunia yang makin riuh, tulisan-tulisan ini adalah sisa jejak. Kalau suatu hari nanti saya membaca ulang dan merasa geli, ya itu artinya saya sedang bertumbuh.

Dan kalau kamu, entah bagaimana, nyasar dan membaca ini. Saya cuma mau bilang: terima kasih sudah mampir ke warung kecil di pinggir jalan digital ini.

Semoga saya tetap kuat untuk menulis blog. Walau tidak selalu semangat. Walau kadang malas.

Karena kalau bukan kita sendiri yang menjaga ingatan dan cerita, siapa lagi?

Punya blog juga? Atau pernah punya tapi sudah terbengkalai? Tulis pengalamanmu di kolom komentar atau tag saya di media sosial. Mari saling menyemangati untuk tetap waras di dunia yang makin cepat ini.

Catatan: Jika beberapa bagian terasa familiar, mungkin karena tulisan ini pernah lahir dalam bentuk yang lain. Kali ini, ia hanya mampir kembali dengan baju yang lebih rapi dan nada yang sedikit berubah.

Leave a Reply